Minggu, 22 Februari 2015

Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dalam Proses Pembelajaran untuk Perguruan Tinggi

Oleh: Komang Gede Wira Trisna

Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dalam Proses Pembelajaran untuk Perguruan Tinggi
Pendidikan dikatakan bermutu diperoleh pada instansi pendidikan yang bermutu, dan instansi pendidikan yang bermutu tentunya akan menghasilkan SDM yang bermutu pula. Dalam meningkatkan SDM peran pendidikan sangat berpengaruh. Maka dari itu pentingya pembangunan nasional untuk fokus pada peningkatan mutu pendidikan.
Undang–undang sisdiknas tahun 2003 menyatakan pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta  didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak, sehat beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan saat ini, terutama pendidikan tinggi dihadapkan pada berbagai tantangan baik nasional maupun internsional. Tantangan nasional muncul dari dunia ekonomi, sosial, budaya, politik, dan keamanan. Sosial kemasyarakatan bangsa ini seperti ada yang salah, dimana kerusuhan, konflik antar daerah, pencurian, perkelahian, tawuran, free seks pada kalangan remaja dan dewasa dan berbagai kondisi negative kemasyarakatan lainnya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Perkembangan budaya global saat ini malah mengikis berbagai budaya asli bangsa, khususnya budaya daerah.
Tantangan dunia internasional menunjukkan bahwa Indonesia saat ini akan menghadapi berbagai persaingan global, seiring dengan berlangsungnya globalisasi, khususnya dalam perdagangan (ekonomi). Pemecahan masalah nasional dan pemenangan persaingan global ini menuntut dimilikinya sumber daya manusia yang kompeten dibidangnya yang disertai akhlak mulia.
Perguruan tinggi sebagai salah satu institusi pendidikan merupakan lembaga yang berfungsi sebagai “agen of change”, bertugas untuk membangun peserta didik agar sanggup memecahkan masalah nasional (internal) dan memenangkan persaingan internasional (eksternal). Penyelenggaraan perguruan tinggi harus diorientasikan pada pembentukan manusia yang berkompeten dan beradab. Manajemen peningkatan mutu merupakan sebuah kajian menegenai bagaimana sebuah pendidikan/ pembelajaran di perguruan tinggi harus dikelola secara efektif, efisien dan berkeadailan untuk mewujudkan mutu pendidiakn tinggi sebagaimana diharapkan.
Dibutuhkannya manajemen mutu pendidikan (TQM) yang diartikan sebagai seni dan ilmu dalam mengelola jasa untuk memberikan kepuasan pada pelanggan melalui jaminan mutu agar nantinya tidak terjadi keluhan-keluhan. Bagi mahasiswa, perguruan tinggi adalah sarana untuk belajar dan di dalamnya terdapat sistem yang terdiri dari input-proses-output. Oleh sebab itu, perguruan tinggi memiliki peran yang penting untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik agar mahasiswa dapat dengan aktif mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya.
Penghalang terbesar bagi penerapan TQM dalam pendidikan adalah salah tafsir dari filosofi TQM dan kurangnya memahami proses yang berbeda dalam pendidikan dibandingkan dengan industri. Hal ini bisa disebabkan kurangnya pengetahuan yang diperlukan tentang TQM. Dalam pendidikan tinggi, desain kurikulum yang buruk dapat menyebabkan kegagalan kualitas. Mungkin ada sistem akademik cocok dan prosedur yang berfungsi sebagai hambatan saat memaksakan perubahan dalam kurikulum atau transformasi  (Kohn, 1993). Dalam pendidikan tinggi, kesulitan mengukur proses belajar dan keberhasilan output dan produktivitas (Harvey, 1995, Yorke, 1997 dan Owlia dan Aspinwall, 1998).
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi salah satunya ialah tidak adanya tindak lanjut dari evaluasi program. Hampir semua program dimonitor dan dievaluasi dengan baik, Namun tindak lanjutnya tidak dilaksanakan. Akibatnya pelaksanaan pembelajaran selanjutnya tidak ditandai oleh peningkatan mutu.

Definisi Manajemen Mutu terpadu (TQM)
Ada banyak definisi dari TQM. Roosevelt (1995) mendefinisikan TQM sebagai arsitektur strategis yang membutuhkan evaluasi dan penyempurnaan terus menerus praktek perbaikan  di semua bidang bisnis. Corrigan (1995) memberikan definisi dengan penekanan pada kepuasan pelanggan. TQM adalah filosofi manajemen yang membangun sebuah organisasi belajar berorientasi pelanggan yang didedikasikan untuk kepuasan pelanggan melalui perbaikan yang berkesinambungan dalam efektivitas dan efisiensi organisasi dan proses-prosesnya. (Corrigan: 1995).
Nasution (2001:28) mendefinisikan total quality management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya. Menurut Hadari Nawari (2005) Manajemen Mutu Terpadu adalah manejemen fungsional dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada peningkatan kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service) dan pembangunan masyarakat (community development). Konsepnya bertolak dari manajemen sebagai proses atau rangkaian kegiatan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki, yang harus diintegrasi pula dengan pentahapan pelaksanaan fungsi– fungsi manajemen, agar terwujud kerja sebagai kegiatan memproduksi sesuai yang berkualitas. Setiap pekerjaan dalam manajemen mutu terpadu harus dilakukan melalui tahapan perencanaan, persiapan (termasuk bahan dan alat), pelaksanaan teknis dengan metode kerja/cara kerja yang efektif dan efisien, untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pengertian lain dikemukakan oleh Santoso yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998) yang mengatakan bahwa “TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorentasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi”. Di samping itu Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998) menyatakan pula bahwa Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.
Edward Sallis (1993), sebagaimana dikutip Syafaruddin menyatakan bahwa Management is a philosophy and a methodology which assists institutions to manage change and to set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressures. Pendapat ini menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri, dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, Hadari Nawawi (2005) mengemukakan tentang karakteristik TQM sebagai berikut :

  1. Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal
  2. Memiliki opsesi yang tinggi terhadap kualitas
  3. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
  4. Memiliki komitmen jangka panjang.
  5. Membutuhkan kerjasama tim
  6. Memperbaiki proses secara kesinambungan
  7. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
  8. Memberikan kebebasan yang terkendali
  9. Memiliki kesatuan yang terkendali
  10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan
Karena proses belajar yang dibahas, TQM akan mempengaruhi karakteristik belajar seumur hidup di antara peserta didik, yang pada gilirannya akan memuaskan pelanggan sekunder dan tersier seperti orang tua, pengusaha dan pemerintah juga. TQM dalam pendidikan tinggi perlu ditetapkan umpan balik yang kuat dengan evaluasi menjadi proses yang berkesinambungan dan tidak hanya meninggalkan sampai akhir program studi. Hal yang mendasarinya mencapai proses inti dalam pendidikan tinggi, yaitu pengajaran dan pembelajaran siswa.
Menurut Hadari Nawawi (2005), bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala–gejala sebagai berikut:

  1. Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
  2. Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang.
  3. Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat
  4. Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab – sebabnya.
  5. Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
  6. Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
  7. Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.
Disamping itu dalam menerapkan TQM di kelas membahas kualitas proses bisnis inti pendidikan tinggi. Beaver (1994) menyatakan bahwa ada berbagai kriteria untuk pengajaran di kelas dan ini terutama meliputi berkaitan dengan keunggulan mengajar:
a.       pembelajaran aktif untuk meningkatkan keterlibatan mahsiswa;
b.      penguasaan konten dan kemampuan untuk berkomunikasi;
c.       penilaian dan cara lain untuk umpan balik tentang belajar mahasiswa, dan
d.      kepedulian untuk belajar dan kemajuan mahasiswa.  
Peningkatan mutu pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar target perguruan tinggi dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.

Menilai kualitas pengajaran adalah hal yang kompleks karena melibatkan banyak faktor yang tak berwujud. Aliran metode atau proses yang sistematis untuk mengevaluasi mata kuliah di setiap institusi pendidikan tinggi. Kegiatan dalam proses evaluasi mata kuliah dijabarkan dalam gambar 1.

 


Gambar.1. Langkah evaluasi mata kuliah

1.      Langkah pertama, Memilih mata kuliah yang akan dievaluasi
Langkah pertama dalam evaluasi adalah untuk mengidentifikasi seting program kunci yang mempengaruhi profil lulusan mahsiswa.
2.      Langkah kedua, Menyiapkan kerangka acuan untuk mengevaluasi mata kuliah
Tim pengajar berkonsultasi dengan tim evaluasi menentukan daftar referensi sebagai dasar untuk perbaikan terus-menerus.
3.      Langkah ketiga, Melakukan evaluasi program  
Evaluasi tentunya harus melibatkan kedua siswa serta para anggota yang merupakan team teaching. Salah satu metode yang umum digunakan untuk evaluasi adalah melakukan survei dengan kuesioner yang terdefinisi dengan baik.
4.      Langkah keempat,  Menyiapkan laporan evaluasi temuan
Tim evaluasi menyiapkan laporan evaluasi yang merangkum temuan utama dan mengusulkan rekomendasi dalam konsultasi dengan tim pengajar.
5.      Langkah kelima, Menyiapkan rencana tindakan dengan langkah-langkah perbaikan
Rencana tindakan mencakup dasar untuk menentukan bidang perbaikan dan tindak lanjut yang diusulkan oleh tim pengajar. Sumber daya yang dibutuhkan dan penjadwalan untuk melaksanakan tindakan tertentu juga ditunjukkan dalan rencana tindakan.
6.      Langkah keenam, Melaksanakan rencana tindakan untuk perbaikan berkelanjutan
Prosedur tindak lanjut terdiri dari langkah-langkah dalam siklus: 1) Mengikuti rencana tindakan; 2) Mengumpulkan data untuk hasil yang diinginkan; 3) Memilih indikator dengan baik; 4) Menganalisis data; 5) Laporan tindak lanjut
7.      Langkah ketujuh, Memantau rencana tindakan untuk perbaikan berkelanjutan
Laporan hasil evaluasi disampaikan untuk memastikan bahwa komitmen tindakan sesuai dengan target yang direncanakan.
  Keunggulan dan Kelemahan Implementasi TQM
Ada beberapa manfaat positif yang diperoleh jika lembaga pendidikan mampu mengimplementasikan TQM secara baik di masa mendatang, antara lain:
TQM Di Pendidikan Tinggi
Keunggulan
Kelemahan
·   Keluhan dari pelanggan internal maupun eksternal dapat dieliminasi sekecil mungkin.
·   Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki dan ada di lembaga lebih optimal.
·   Pelaksanaan aktivitas utama lebih efisien dan efektif.
·   Memperoleh pengakuan dari pihak lain (dalam negeri maupun luar negeri) terhadap eksistensi lembaga pendidikan.
·   Dapat menjadi model untuk mengembangkan lembaga pendidikan lainnya (yang belum mengimplementasikan TQM di indonesia bahkan di asia).
·   Hubungan antar lembaga pendidikan dengan stakeholders menjadi lebih baik.
·   Adanya salah tafsir dari filosofi TQM dan kurangnya memahami proses yang berbeda dalam pendidikan dibandingkan dengan industri
·   Kemungkinan adanya desain kurikulum yang buruk dapat menyebabkan kegagalan kualitas.
·   Kelemahan lain untuk TQM dalam pendidikan bisa menjadi kekurangan dana yang cukup dan sumber daya.
·   Selain itu dalam dunia industri bisa saja mudah untuk mengukur, memantau dan meningkatkan karakteristik produk dibandingkan dengan situasi di pendidikan tinggi. Dalam pendidikan tinggi, kesulitan pengukuran proses belajar dan dalam mengukur keberhasilan output dan produktivitas.

  Hasil yang diharapkan dalam Implementasi TQM
Keberhasilan pelaksanaan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan tinggi dapat dicapai dengan mengadopsi TQM, yang memprioritaskan perbaikan terus menerus dalam proses inti, yaitu mengajar/belajar. Hal ini akan memungkinkan perguruan tinggi untuk:
Ø  menyadari kebutuhan pelanggan yang selalu berubah dan bereaksi segera untuk kebutuhan mereka;
Ø  efisien memanfaatkan sumber daya dengan mengarahkan pada kegiatan yang benar-benar memenuhi kebutuhan pelanggan;
Ø  menggunakan evaluasi program untuk melakukan perbaikan secara sistematis dan berkesinambungan, dan
Ø  keterlibatan baik peserta didik maupun anggota lembaga dalam misi kualitas.

1 komentar:

Semangat Muda: Lima Pemimpi Muda Yang Ingin Mengapai Cita-citanya...

Semangat Muda: Lima Pemimpi Muda Yang Ingin Mengapai Cita-citanya... : Di Bulan Agustus tahun 2008 kita berkumpul bersama; kita saling menge...