Oleh: Komang Gede Wira Trisna
trisna.wira24@gmail.com
trisna.wira24@gmail.com
Salah
satu tantangan penting yang dihadapi perguruan tinggi adalah bagaimana
mengelola sebuah institusinya. Manajemen atau seringkali disebut pengelolaan
merupakan kata yang digunakan sehari-hari, sehingga diandaikan semua orang
paham akan arti tersebut. Manajemen selalu menyangkut orang karena definisinya
sendiri adalah pencapaian tujuan melalui orang lain.
Indrajit,
(2006) menjelaskan bahwa organisasi yang
didirikan bukan terutama untuk mencari keuntungan bagi pendirinya biasa disebut
organisasi nirlaba (non profit atau not for profit organization) atau
organisasi sosial. Organisasi ini meliputi organisasi pemerintah, pendidikan,
rumah sakit, keagamaan, pramuka, suaka alam, dan lain sebagainya. Sebagian
besar perguruan tinggi adalah organisasi sosial atau nirlaba. Dalam artikel ini
akan dijabarkan beberapa manajemen untuk perguruan tinggi yang diharapkan mampu
mengelola dengan baik sebuah institusi perguruan tinggi (non profit).
Dalam
pandangan sebagian masyarakat, serta di negara yang sudah maju, istilah
manajemen masih selalu diartikan sebagai manajemen untuk bisnis (profit). Ada
banyak definisi manajemen yang disampaikan oleh berbagai ahli, dari definisi
tersebut, organisasi sosial atau nirlaba memerlukan pula manajemen karena di
dalamnya ada sejumlah sumber daya yang harus digunkan untuk tujuan tertentu
melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Ada
beberapa manajemen yang kiranya sesuai diterapkan atau dapat diimplementasikan
oleh institusi perguruan tinggi yang dijelaskan sebagai berikut.
Manajemen
strategi
Manajemen
Strategi merupakan rangkaian dua perkataan terdiri dari kata “Manajemen”
dan “Strategi” yang masing-masing memiliki pengertian tersendiri, yang
setelah dirangkaikan menjadi satu terminologi berubah dengan memiliki
pengertian tersendiri pula. Menurut
W.F .Glueck (1988) Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan-keputusan
dan tindakan-tindakan manajerial yang mengarah pada penyusunan
strategi-strategi efektif untuk mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Hitt, Ireland, dan Hoskisson (2002) Manajemen
Strategik adalah suatu suatu seni dan ilmu untuk menciptakan keunggulan
bersaing yang berkesinambungan sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan.
Manajemen Strategik adalah suatu seni dan ilmu dari
pembuatan (formulating), penerapan (implementing, dan evaluasi keputusan,
keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi
mencapai tujuan-tujuan masa mendatang.
Menurut Nawawi
(2005:148-149), pengertian manajemen strategi adalah proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai penetapan
cara pelaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak
dan dimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organiasasi,
untuk mencapai tujuannya. Karakteristik pengertian Manajemen Strategi, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a) Manajemen Strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam
arti mencakup seluruh komponen di lingkungan sebuah organisasi yang
dituangkan dalam bentuk Rencana Strategi (RENSTRA) yang dijabarkan menjadi
Perencanaan Operasional (RENOP), yang kemudian dijabarkan pula dalam
bentuk Program – program kerja.b) Rencana Strategi berorientasi pada jangkauan masa depan (25 – 30 tahun). Sedang Rencana Operasionalnya ditetapkan untuk setiap tahun atau setiap lima tahun.
c) VISI, MISI, pemilihan strategi yang menghasilkan Strategi Utama (Induk) dan Tujuan Strategi Organisasi untuk jangka panjang, merupakan acuan dalam merumuskan RENSTRA, namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan Manajemen Puncak secara tertulis semua acuan tersebut terdapat di dalamnya.
d) RENSTRA dijabarkan menjadi RENOP yang antara lain berisi program–program operasional.
e) Penetapan RENSTRA dan RENOP harus melibatkan manajemen puncak (Pimpinan) karena sifatnya sangat mendasar dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi.
f) Pengimplementasian Strategi dalam program–program untuk mencapai sasarannya masing–masing dilakukan melalui fungsi–fungsi manajemen yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.
Dari konsep manajemen
strategis di perguruan tinggi tersebut, secara implisit dapat disimpulkan bahwa
agar dapat melakukan pengelolaan secara baik, secara inheren hendaknya
institusi perguruan tinggi perlu melakukan manajemen strategis secara baik.
Manajemen Mutu Terpadu TQM (Total Quality Management)
Ada banyak definisi dari TQM. Roosevelt (1995) mendefinisikan TQM sebagai arsitektur strategis yang membutuhkan evaluasi dan penyempurnaan terus menerus praktek perbaikan di semua bidang bisnis. Corrigan (1995) memberikan definisi dengan penekanan pada kepuasan pelanggan.
TQM adalah filosofi manajemen yang membangun sebuah
organisasi belajar berorientasi pelanggan yang didedikasikan untuk kepuasan pelanggan melalui perbaikan yang berkesinambungan dalam efektivitas dan efisiensi organisasi dan proses-prosesnya. (Corrigan: 1995).
Nasution (2001:28) mendefinisikan total quality management merupakan suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja,
proses, dan lingkungannya.
* TQM dalam Perguruan Tinggi
* TQM dalam Perguruan Tinggi
Dalam pendidikan tinggi, TQM dianggap sebagai pendekatan yang berorientasi proses untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya dan
meningkatkan kualitas layanan (Johnson,
1993; Fincher, 1994; Green, 1994 dan Moreland dan Clark, 1998). Dari teori TQM, dapat disimpulkan bahwa TQM lebih menekankan kerja sama tim, menemukan cara yang lebih baik untuk melakukan sesuatu, berbagi tanggung jawab dan secara dramatis meningkatkan budaya kelembagaan, yang semuanya jatuh juga sejalan dengan nilai yang ditetapkan dari banyak universitas.
Banyak pengamat (Owlia dan
Aspinwall, 1998 dan Lawrence dan Robert, 1997) telah menunjukkan bahwa ada
pelanggan yang berbeda berfokus pada pendidikan tinggi. Oleh karena itu,
penting untuk mengidentifikasi siapa pelanggan pendidikan tinggi. Pelanggan
lebih tepat disebut sebagai pemangku kepentingan di bidang pendidikan, mungkin
dari dua jenis yaitu internal dan eksternal. Mungkin lebih tepat bahwa siswa
adalah pelanggan eksternal utama pendidikan tinggi, sementara orang tua adalah
pelanggan eksternal sekunder, dan yang lainnya seperti, pemerintah, alumni,
pasar tenaga kerja adalah pelanggan eksternal tersier. Pelanggan internal tidak
lain adalah staf pengajar sendiri. Setelah mengidentifikasi pelanggan pendidikan
tinggi, sekarang dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari TQM dalam pendidikan
tinggi adalah untuk mencapai kepuasan pelanggan menggunakan strategi perbaikan
terus-menerus.
**Kerangka TQM
Sitalakshmi (2007) mengklasifikasikan kerangka TQM sebagai berikut:
1) Kepemimpinan: Perencanaan strategis elemen ini akan meneliti bagaimana lembaga menetapkan arah strategis dan bagaimana menentukan persyaratan rencana kunci dengan fokus utama pada kepuasan pelanggan.
2) Manajemen Pendidikan: Elemen ini harus memeriksa aspek kunci dari proses manajemen, termasuk desain pelajar yang berfokus pada pendidikan, penyampaian pendidikan, layanan dan operasi bisnis. Ini harus mengkaji bagaimana proses kunci yang inovatif dirancang, dikelola secara efektif dan terus ditingkatkan. Hasil kinerja elemen ini akan memeriksa kinerja siswa dan perbaikan menggunakan ukuran kunci dan indikator.
3) Manajemen sumber daya manusia: Elemen ini harus mengkaji bagaimana pengembangan staf dan pelatihan yang sejalan dengan tujuan lembaga. Hal ini juga akan memeriksa upaya untuk membangun dan memelihara iklim yang kondusif untuk mencapai keunggulan kinerja, partisipasi penuh dan pertumbuhan organisasi. Beberapa menyarankan strategi elemen ini akan pada pengembangan tenaga kerja seperti perekrutan staf, pelatihan dan pengembangan karir, kinerja staf dan pengakuan dan lingkungan kerja yang berkualitas.
**Kerangka TQM
Sitalakshmi (2007) mengklasifikasikan kerangka TQM sebagai berikut:
1) Kepemimpinan: Perencanaan strategis elemen ini akan meneliti bagaimana lembaga menetapkan arah strategis dan bagaimana menentukan persyaratan rencana kunci dengan fokus utama pada kepuasan pelanggan.
2) Manajemen Pendidikan: Elemen ini harus memeriksa aspek kunci dari proses manajemen, termasuk desain pelajar yang berfokus pada pendidikan, penyampaian pendidikan, layanan dan operasi bisnis. Ini harus mengkaji bagaimana proses kunci yang inovatif dirancang, dikelola secara efektif dan terus ditingkatkan. Hasil kinerja elemen ini akan memeriksa kinerja siswa dan perbaikan menggunakan ukuran kunci dan indikator.
3) Manajemen sumber daya manusia: Elemen ini harus mengkaji bagaimana pengembangan staf dan pelatihan yang sejalan dengan tujuan lembaga. Hal ini juga akan memeriksa upaya untuk membangun dan memelihara iklim yang kondusif untuk mencapai keunggulan kinerja, partisipasi penuh dan pertumbuhan organisasi. Beberapa menyarankan strategi elemen ini akan pada pengembangan tenaga kerja seperti perekrutan staf, pelatihan dan pengembangan karir, kinerja staf dan pengakuan dan lingkungan kerja yang berkualitas.
Sumber: Sitalakshmi Venkatraman, (2007) "A framework for
implementing TQM in higher education programs".
4) Pengelolaan informasi: Unsur manajemen informasi harus
memeriksa pengelolaan dan efektivitas penggunaan data dan informasi untuk
mendukung keseluruhan keunggulan kinerja misi
terkait. Ini
harus menjamin kehandalan dan aksesibilitas informasi kunci yang diperlukan
untuk manajemen operasional sehari- hari. Hal ini juga akan fokus pada
pembuatan analisis fakta dan informasi dan menanggapi situasi dengan cara yang
cepat dan efektif.
5) Fokus pada kepuasan
pelanggan: Elemen ini harus memeriksa bagaimana lembaga menentukan kebutuhan
dan harapan mahasiswa dan para pemangku kepentingan. Ini akan mencakup
penentuan ukuran kinerja yang berbeda dan bagaimana target bisa tercapai.
Beberapa ukuran kinerja dapat didasarkan pada survei kepuasan mahasiswa, forum
mahasiswa dan sesi dialog, kebutuhan industri dan survei kepuasan dan evaluasi
pengajaran dan efektivitas pembelajaran.
6) Pengembangan Kemitraan dan Manajemen: Elemen ini harus mengkaji bagaimana kemitraan
di berbagai tingkatan, internal dan eksternal dapat ditentukan. Kepemimpinan
yang efektif, manajemen pendidikan yang baik, manajemen sumber daya manusia
yang efisien dan manajemen informasi serbaguna pasti akan membantu dalam
mengelola hubungan dinamis dengan stakeholder internal dan eksternal.
TQM adalah sebuah kerja keras. Untuk mengembangkan sebuah kultur mutu, diperlukan waktu. Kerja keras dan waktu adalah dua hal penting yang harus diperhatikan. Apabila kedua hal tersebut tidak berjalan dengan baik, maka perjalanan mekanisme kerja mutu akan terhambat.
TQM adalah sebuah kerja keras. Untuk mengembangkan sebuah kultur mutu, diperlukan waktu. Kerja keras dan waktu adalah dua hal penting yang harus diperhatikan. Apabila kedua hal tersebut tidak berjalan dengan baik, maka perjalanan mekanisme kerja mutu akan terhambat.
Knowledge management
Knowledge Management adalah alat
manajemen yang membenarkan keyakinan bahwa pengetahuan menjadi aset untuk
meningkatkan kapasitas organisasi agar mampu bekerja lebih efektif. Nonaka
& Takeuchi (1994). Manajemen pengetahuan (knowledge management)
ialah suatu rangkaian kegiatan yang digunakan oleh organisasi atau perusahaan
untuk mengidentifikasi, menciptakan, menjelaskan, dan mendistribusikan
pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui, dan dipelajari di dalam
organisasi.
Perbedaan yang paling signifikan di
antara jenis knowledge ialah tacit versus explicit (Nonaka dan Takeuchi, 1995).
1. Tacit Knowledge
1. Tacit Knowledge
Pada
dasarnya tacit knowledge bersifat personal, dikembangkan melalui pengalaman
yang sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan (Carrillo et al.,2004). Tacit
knowledge tidak dinyatakan dalam bentuk tulisan, melainkan sesuatu yang
terdapat dalam benak orang-orang yang bekerja di dalam suatu organisasi.
Menurut Polanyi (1966) tacit knowledge secara umum dijabarkan sebagai:
Menurut Polanyi (1966) tacit knowledge secara umum dijabarkan sebagai:
1.Pemahaman dan
aplikasi pikiran bawah sadar
2. Susah untuk
diucapkan
3. Berkembang dari kejadian
langsung dan pengalaman.
4. Berbagi pengetahuan
melalui percakapan (story-telling)
Berdasarkan
pengertiannya, maka tacit knowledge dikategorikan sebagai personal knowledge
atau dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh dari individu (perorangan).
2. Explicit Knowledge
2. Explicit Knowledge
Explicit
knowledge bersifat formal dan sistematis yang mudah untuk dikomunikasikan dan
dibagi (Carrillo et al., 2004). Menurut pernyataan Polanyi (1966) pada saat
tacit knowledge dapat dikontrol dalam benak seseorang, explicit knowledge
justru harus bergantung pada pemahaman dan aplikasi secara tacit, maka dari itu
semua pengetahuan berakar dari tacit knowledge. Secara umum explicit knowledge
dapat dijabarkan sebagai:
1. Dapat diucapkan
secara tepat dan resmi,
2. Mudah disusun,
didokumentasikan, dipindahkan, dibagi, dan dikomunikasikan.
Knowledge
management dapat diartikan sebuah kumpulan perangkat, teknik, dan strategi
untuk mempertahankan, menganalisis, mengorganisasi, meningkatkan, dan
membagikan pengertian dan pengalaman. Knowledge management lebih mengarah pada
penemukan cara-cara baru untuk menyalurkan data mentah ke bentuk informasi yang
bermanfaat, hingga akhirnya menjadi pengetahuan. Tujuan dari knowledge management
adalah meningkatkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan proses inti lebih
efisien. Perguruan tinggi dikatakan sebagai gudangnya ilmu pengetahuan tentunya
harus mulai sejak dini mulai mengaplikasikan sebuah knowledge management yang
sesuai dengan konteks perguruan tinggi yang bersifat nirlaba. Penerapan
explicit knowledge ini lebih mudah karena pengetahuan yang diperoleh dalam
bentuk tulisan atau pernyataan yang didokumentasikan, sehingga setiap karyawan
dapat mempelajarinya secara independen.
Pengimplementasian Manajemen Strategi di Perguruan
Tinggi
Dalam mengimplementasikan Manajemen Strategi di lingkungan organisasi
pendidikan khususnya perguruan tinggi terdapat beberapa manfaat yang dapat
memperkuat usaha mewujudkannya secara efektif dan efisien. Manfaat yang
dapat dipetik ialah dimana manajemen strategi dapat mengurangi
ketidakpastian dan kekomplekan dalam menyusun perencanaan sebagai fungsi
manajemen, dan dalam proses pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan semua
sumber daya yang secara nyata dimiliki melalui proses yang
terintegrasi dengan fungsi manajemen yang lainnya dan dapat dinilai
hasilnya berdasarkan tujuan organisasi. Secara terinci manfaat manajemen
strategi bagi institusi pendidikan tinggi (non profit) adalah:
1) Institusi pendidikan tinggi sebagai organisasi kerja menjadi dinamis, karena RENSTRA dan RENOP harus terus menerus disesuaikan dengan kondisi realistik organisasi (analisis internal) dan kondisi lingkungan (analisis eksternal) yang selalu berubah terutama karena pengaruh globalisasi. Dengan kata lain Manajemen Strategi sebagai pengelolaan dan pengendalian yang bekerja secara realistik dalam dinamikanya, akan selalu terarah pada Tujuan Strategi dan Misi yang realistik pula.
2) Manajemen Strategi mampu menunjang fungsi kontrol, sehingga seluruh proses pencapaian Tujuan Strategi dan perwujudan Visi berlangsung secara terkendali sebagai proses yang efektif dan efisien.
3) Manajemen Strategi diimplementasikan dengan memilih dan menetapkan strategi sebagai pendekatan yang logis, rasional dan sistematik, yang menjadi acuan untuk mempermudah perumusan dan pelaksanaan program kerja. Strategi yang dipilihdan disepakati dapat memperkecil dan bahkan meniadakan perbedaan dan pertentangan pendapat dalam mewujudkan keunggulan yang terarah pada pencapaian tujuan strategi.
4) Manajemen Strategi dapat berfungsi sebagai sarana dalam mengkomunikasikan gagasan, kreativitas, prakarsa, inovasi dan informasi baru serta cara merespon perubahan dan perkembangan lingkungan operasional, nasional dan global, pada semua pihak sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan demikian akan memudahkan dalam menyepakati perubahan atau pengembangan strategi yang akan dilaksanakan, sesuai dengan atau tanpa merubah keunggulan yang akan diwujudkan oleh organisasi.
5) Manajemen Strategi sebagai paradigma baru di lingkungan institusi pendidikan tinggi, dapat mendorong perilaku proaktif semua pihak untuk ikut serta sesuai posisi, wewenang dan tanggungjawab masing – masing. Dengan demikian setiap unit dan atau satuan kerja akan berusaha mewujudkan keunggulan di bidangnya untuk memperkuat keunggulan organisasi.
6) Manajemen Strategi di dalam institusi pendidikan tinggi menuntut semua yang terkait untuk ikut berpartisipasi, yang berdampak pada meningkatnya perasaan ikut memiliki (sense of belonging), perasaan ikut bertanggung jawab (sense of responsibility), dan perasaan ikut berpartisipasi (sense of participation). Dengan kata lain manajemen strategi berfungsi pula menyatukan sikap bahwa keberhasilan bukan sekedar untuk menajemen puncak, tetapi merupakan keberhasilan bersama atau untuk keseluruhan organisasi dan bahkan untuk masyarakat yang dilayani.
1) Institusi pendidikan tinggi sebagai organisasi kerja menjadi dinamis, karena RENSTRA dan RENOP harus terus menerus disesuaikan dengan kondisi realistik organisasi (analisis internal) dan kondisi lingkungan (analisis eksternal) yang selalu berubah terutama karena pengaruh globalisasi. Dengan kata lain Manajemen Strategi sebagai pengelolaan dan pengendalian yang bekerja secara realistik dalam dinamikanya, akan selalu terarah pada Tujuan Strategi dan Misi yang realistik pula.
2) Manajemen Strategi mampu menunjang fungsi kontrol, sehingga seluruh proses pencapaian Tujuan Strategi dan perwujudan Visi berlangsung secara terkendali sebagai proses yang efektif dan efisien.
3) Manajemen Strategi diimplementasikan dengan memilih dan menetapkan strategi sebagai pendekatan yang logis, rasional dan sistematik, yang menjadi acuan untuk mempermudah perumusan dan pelaksanaan program kerja. Strategi yang dipilihdan disepakati dapat memperkecil dan bahkan meniadakan perbedaan dan pertentangan pendapat dalam mewujudkan keunggulan yang terarah pada pencapaian tujuan strategi.
4) Manajemen Strategi dapat berfungsi sebagai sarana dalam mengkomunikasikan gagasan, kreativitas, prakarsa, inovasi dan informasi baru serta cara merespon perubahan dan perkembangan lingkungan operasional, nasional dan global, pada semua pihak sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan demikian akan memudahkan dalam menyepakati perubahan atau pengembangan strategi yang akan dilaksanakan, sesuai dengan atau tanpa merubah keunggulan yang akan diwujudkan oleh organisasi.
5) Manajemen Strategi sebagai paradigma baru di lingkungan institusi pendidikan tinggi, dapat mendorong perilaku proaktif semua pihak untuk ikut serta sesuai posisi, wewenang dan tanggungjawab masing – masing. Dengan demikian setiap unit dan atau satuan kerja akan berusaha mewujudkan keunggulan di bidangnya untuk memperkuat keunggulan organisasi.
6) Manajemen Strategi di dalam institusi pendidikan tinggi menuntut semua yang terkait untuk ikut berpartisipasi, yang berdampak pada meningkatnya perasaan ikut memiliki (sense of belonging), perasaan ikut bertanggung jawab (sense of responsibility), dan perasaan ikut berpartisipasi (sense of participation). Dengan kata lain manajemen strategi berfungsi pula menyatukan sikap bahwa keberhasilan bukan sekedar untuk menajemen puncak, tetapi merupakan keberhasilan bersama atau untuk keseluruhan organisasi dan bahkan untuk masyarakat yang dilayani.
Simpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan dalam
mengimplementasikan Manajemen Strategi, maka institusi pendidikan tinggi (non profit) akan memiliki kelebihan
dalam hal produktifitasi tinggi, memiliki posisi kompetitif, keunggulan
teknologi, keunggulan Sumber Daya Manusia, Iklim kerja yang kondusif, etika dan
tanggung jawab sosial yang berkembang.
Selain itu manfaat yang diperoleh dalam
mengimplementasikannya ialah: Organisasi menjadi dinamis, Fungsi kontrol
berjalan dengan efektif dan efisien dengan menghilangkan perbedaan dan
pertentangan pendapat dalam mewujudkan keunggulan, Memudahkan dalam menyepakati
perubahan atau pengembangan strategi yang akan dilaksanakan, Mendorong
perilaku proaktif bagi semua pihak untuk ikut serta mewujudkan keunggulan,
Meningkatkan perasaan ikut memiliki, berpartisipasi
aktif dan tanggung jawab bagi semua komponen organisasi.
Referensi
Azhari.
2014. Materi Kuliah: TIK untuk Perguruan Tinggi (Knowledge Management: week4).
MMPT SPs UGM.
Susanto,
Sahid. 2014. Materi PPT Kuliah: Kebijakan PT dan Perubahan Manajemen (Knowledge Management). MMPT SPs UGM
Utomo,
Warsito. 2013. Materi Kuliah: Teori
manajemen dan Kepemimpinan. MMPT SPs UGM.